Anisa AE – Sebelum banyaknya merk mie instan saat ini, Indomie adalah merk mie yang paling booming. Namun, banyak yang menganggap mie instan adalah makanan murah, mudah, dan tidak sehat jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Ya, bisa juga karena pembuatannya yang memakan tidak lama, tidak sampai 10 menit. Termasuk merk Indomie tersebut.
Ada anak-anak kelaparan yang menunggu sisa makanan dari orang lain, lebih tepatnya menunggu orang lain selesai makan untuk bisa merasakan Indomie tersebut. Siapa yang tak kenal dengan Indomie? Sponsornya di layar kaca saja sudah bisa membuat seseorang meneteskan air liur, apalagi jika mendengan jingle musiknya, semua pasti tahu mie apa yang dimaksud.
Saat itu, yang kelaparan adalah saya dan saudara, kami menunggu di balik pintu kamar, menunggu tamu selesai makan dan bisa merasakan nikmatnya Indomie.
Alm Abah selalu mengajarkan kami untuk memuliakan tamu. Walaupun kami hanya makan dengan garam, tamu harus makan dengan tempe. Ya, begitulah kehidupan di keluarga kami. Walaupun mie itu hanya makanan biasa bagi sebagian orang, tapi tidak bagi kami. Mie dan telur dadar adalah makanan istimewa yang terhidang untuk para tamu sebagai lauk.
Saya dan kakak selalu menunggu di balik pintu kamar, sambil menikmati aroma yang tercium dari asap Indomie yang selalu diberi irisan cabai oleh Ibu tersebut. Kami berbincang bagaimana rasanya memakan mie itu sambil menyesapnya perlahan seperti di TV. Kami tertawa, lalu mengintip dari balik pintu, menunggu dan menunggu.
Ketika tamu selesai makan dan pindah ke ruang tamu, kami tetap tak boleh menyentuh makanan sisa itu. Tak ada yang boleh memakan apa pun di ruang tengah, sampai tamu tersebut pulang. Biasanya, saya dan kakak mengakalinya dengan membersihkan meja dan membawanya ke belakang. Ya, hanya di sana tempat kami bisa makan tanpa ketahuan tamu.
Bisa dibayangkan bagaimana rakusnya kami. Indomie yang hanya bisa dinikmati saat ada tamu tersebut akhirnya menjadi rebutan. Saya dan kakak membaginya menjadi dua, masing-masing ingin mendapat bagian paling banyak. Sayangnya Ibu datang dan melerai. Beliau membaginya menjadi tiga bagian, kata Ibu, satunya untuk Abah. Mau tak mau, kami berdua mengalah karena Abah biasanya tidak ikut makan bersama tamu.
Saat itu saya tak tahu, apa Ibu mendapatkan jatah Indomie atau tidak. Tapi Ibu selalu berkata seperti itu. Sayangnya, saya menemukan sepertiga bagian itu untuk sesi makan selanjutnya. Entah kenapa Abah tak memakannya juga.
Sampai saat ini, ketika saya kelaparan tengah malam dan membuat Indomie, selalu ada rasa sesak di dada. Mengingat bagaimana perjuangan saya dulu hanya untuk mendapatkan sisa Indomie. Walaupun akhirnya pilihan saya tak lagi pada merk mie tersebut, tapi ingatan itu melekat kuat. #warning buat Indomie agar saya bisa cinta lagi. :D
Jangan lupa tinggalkan komentar, follow blog, dan G+, ya? Kalo info ini bermanfaat buat kamu. Nanti akan langsung saya follback buat yang komentar langsung. Bisa juga follow twitter @anis_sa_ae dan FP Anisa AE biar dapat update info tiap hari ^^v
16 Comments. Leave new
semoga senantiasa diberi kelapangan rejeki ya mba supaya keluarga kita gk kelaparan
Aamiiin
Kadang, aroma makanan memang menyimpan banyak kenangan ya mbak.. 🙂
Iya, Apalagi aroma indomie itu kuat banget
dan ada banyak cerita dari semangkok indomie 🙂
salah satunya untuk anak rantau 🙂
Waktu kecil bila ibu membeli mi instan selalu dibagi 2 dengan adik, dan moment itu hanya seminggu sekali pas hari sabtu saat bapak terima gaji, alhamdulillah 🙂
Alhamdulillah … kenangan banget, ya?
keren 😀 menyentuh sekali. Pelajaran untuk selalu hidup sederhana walau tidak sedang dalam kesusahan
Benar itu 😀
wah, masa kecil yg menyisakan kenangan ya mbak, tentunya untuk cambuk lebih baik lagi. Btw, iklan indomie emang menggoda mbak jaman duluny, yg "dari sabang sampai merauke…" itu kan ya mbak? hehehe
Iya. 😀 Aromanya itu lho. Menggoda
mbacanya ikut mbrebes mili mbak :'( semoga mbak nisa, suami dan anak2 berlimpah rejeki ya mbak. amin
Aamiiin …. 😀
Wah…Indomie seleraku :). Benar-benar lagunya membius kita…
Aromanya juga membius. 🙂