Ayu Utami adalah seorang penulis Indonesia yang lahir pada 21 November 1968 di Bogor. Dia dikenal sebagai salah satu penulis yang memperkenalkan dan mempopulerkan sastra erot1s di Indonesia melalui karyanya. Karya debutnya, “Saman,” yang diterbitkan pada tahun 1998, membawa angin segar dalam dunia sastra Indonesia dengan mengangkat tema-tema tabu seperti s3ksual1tas, p0lit1k, dan agama.
Novel yang mengangkat banyak isu tentang perempuan dan disebut sebagai sastra wangi ini memenangkan hadiah dari Sastra Dewan Kesenian Jakarta. Tentunya juga mendapatkan banyak perhatian karena keberaniannya mengangkat isu-isu kontroversial.
“Saman” menceritakan kisah seorang aktivis bernama Wisanggeni atau Saman, yang berjuang melawan ketidakadilan dan penindasan di Indonesia. Melalui perspektif beberapa wanita yang terlibat dalam kehidupannya, novel ini menggabungkan narasi personal dengan kritik sosial dan politik. Keberhasilan “Saman” diikuti oleh sekuelnya, “Larung,” yang melanjutkan cerita tentang perjuangan Saman dan teman-temannya.
Selain “Saman” dan “Larung,” Ayu Utami juga menulis beberapa novel lain seperti “Bilangan Fu,” “Manjali dan Cakrabirawa,” dan “Pengakuan Eks Parasit Lajang.” Karyanya sering kali mengeksplorasi tema-tema spiritualitas, mitologi, dan filosofi, dengan latar belakang budaya dan sejarah Indonesia yang kaya.
Ayu Utami juga dikenal sebagai salah satu pendiri dan pengelola majalah kebudayaan “Kalam” dan Yayasan Lontar, yang bertujuan mempromosikan sastra Indonesia ke dunia internasional. Dia adalah seorang penulis yang berani dan inovatif, yang karyanya tidak hanya menghibur tetapi juga mengajak pembaca untuk berpikir kritis tentang isu-isu sosial dan politik di sekitar mereka.
Dengan karya-karyanya yang provokatif dan penuh wawasan, Ayu Utami telah menjadi salah satu suara penting dalam sastra Indonesia kontemporer, terus menginspirasi banyak penulis muda dan pembaca di seluruh dunia.
===
Jujur saja, kalau saya belum bisa menuliskan yang sekontroversi seperti itu. Lha wong menulis #IstriKeduaGus saja sudah banyak kontranya, padahal kenyataannya malah ada yang lebih parah dari itu.
Kalau teman-teman bisa menulis sastra wangi, kenapa tidak dituliskan? Tulislah sesuatu yang baru dan berbeda dari kebanyakan. Tetap semangat berjuang untuk peradaban.
Anisa AE
Owner AE Publishing