Anisa AE – Setelah membaca tentang acara MTQ sebelumnya, pasti makin penasaran dengan acara langsungnya. Saya pun begitu. Jadi pada hari Sabtu kemarin, saya dan anak-anak menyempatkan diri buat jalan-jalan plus jajan pada acara Bazar MTQ di UB.
Perjalanan …
Dengan perjalanan yang memakan waktu lebih dari satu jam, saya dan dua anak berangkat menuju UB. Itu pun pada malam sebelumnya meminta pada Asma agar tidak menangis ataupun manja jika saya mengajaknya.
“Aku janji gak bakal nakal, gak bakal nangis, dan gak bakal minta macem-macem sama Bunda,” begitu janjinya saat mengetahui saya mau ke UB.
Setelah perjanjian deal, saya pun berjanji akan mengajaknya ke UB sepulang dari sekolah. Ya walaupun sangsi bahwa dia akan menepati janjinya. Minimal kami sudah melakukan komitmen sebelum berangkat.
Karena suami saat itu sedang bekerja, saya pun berangkat dengan Michan dan Machin, mereka berdua duduk di boncengan depan. Ya lumayan capek juga mendudukkan mereka berdua di depan. Itu karena Machin mengantuk dan saya takut dia terjatuh kalau duduk di belakang. Untungnya jalan tidak terlalu ramai, jadi saya bisa mengkondisikan mereka berdua.
Awalnya dia gak ngaku kalau mengantuk, sampai akhirnya saya tak mendengar suaranya sma sekali dan yakin kalau dia benar-benar mengantuk. Untungnya tangan saya bisa menjangkau stir, sehingga tetap bisa melanjutkan perjalanan.
Mampir ke Keluarga Biru
Sampai di Malang, saya membelokkan arah ke rumahnya Keluarga Biru. Kan gak lucu kalau ke UB, tapi gak bawa tanda pengenal sebagai blogger (jurnalis). Bisa-bisa malah gak dapat info apa-apa. Sekalian mau ngabisin stok nastarnya Ivon. Saya kemarin kebagian cuma dikit, dihabiskan ma tim AE. Hehehe.
Alhamdulillah stok kue masih banyak, jadi saya menyempatkan diri buat mengambil banyak (jangan ditiru). Untungnya lagi, Keluarga Biru mau menemani saya jalan jajan ke acara Bazar MTQ di UB. Lumayan gak sendirian, Asma jadi ada temannya. Michan juga.
Lokasi Bazar MTQ di UB
Ternyata lokasinya deket dengan perpus UB. Saya sering juga sih ke UB, khususnya perpus karena Ihwan kerja di sana. Kalau dari pintu belakang, deket banget. Jadi motornya kami parkir di depan perpus. Rencananya sih Ihwan mau bawa Aiman buat ke perpus sementara saya dan Ivon ke acara bazar.
Ternyata kami tetap ke sana dengan formasi lengkap, hihihi.
Bazarnya MTQ di UB Bikin Lapar
Gimana gak bikin lapar, dari pintu masuk sudah disambut dengan berbagai jajanan khas Malang. Tidak hanya itu, stand-stand di sana juga banyak yang melayani paket MTQ. Itu lho, voucher yang bisa ditukarkan dengan makan gratis. Vouchernya tersedia banyak dan selama acara berlangsung, ada 1000 voucher untuk para pengunjung secara gratis. Untuk hari pertama ada 250 voucher, hari selanjutnya masing-masing 150 voucher.
“Aku mau itu! Aku mau itu!” Tiba-tiba saja Asma dan Aiman mengagetkan kami. Mereka menuding pada batangan cokelat lucu yang dipajang di salah satu stand.
Namanya juga anak-anak, mereka selalu suka sesuatu yang terlihat lucu. Akhirnya saya membeli dua cokelat untuk mereka berdua. Sama Ihwan sempat dividio saat mereka makan cokelat. Di sini ada keripik tempe juga nasi yang pastinya dengan harga terjangkau.
Stand Bazar MTQ Beraneka Ragam
Bukan jalan-jajan namanya jika kami tidak mengelilingi area bazar. Apalagi dengan berbagai stand yang menawarkan kelebihan masing-masing. Mulai dari kuliner, aksesoris, buku, baju, kerajinan tangan, sampai pada yang juga jualan rumah. Amazing.
Akhirnya saya mampir ke salah satu stand yang menjual kerajinan tangan. Stand tersebut milik Lilik Art dan Putri Sultan Art. Satu stand yang dikelola oleh dua orang. Banyak sekali yang dijual di stand ini, apalagi yang dijual adalah bikinan sendiri dan bentuknya tidak pasaran. Di sini ada tas, barang yang dilukis sehingga menjadi hiasan yang bagus, hiasan dinding, dompetnya juga cantik-cantik. Harganya pun mulai 80-200 ribu.
“Mbak ini dari media apa?” tanya owner dari Lilik Art.
Akhirnya saya pun menjelaskan sedikit tentang blogger. Ternyata dunia blog memang tidak diketahui semua orang, khususnya untuk wilayah Malang. Jadi, tidak terlalu heran saat mereka bertanya-tanya soal status blogger itu sendiri.
Sempat juga saya ditawari oleh-oleh khas Malang oleh salah satu stand dengan wajah berbinar, “Kak, di sini ada oleh-oleh khas asli Malang lho. Mampir sini deh, Kak!”
Ya ampun, apa wajah saya terlihat seperti peserta MTQ? Berasa lucu saja ketika ditawari oleh-oleh khas Malang oleh orang sesama Malang. Bahkan saya ditawari pula perumahan di Kebonagung dengan DP hanya 3 juta. Bazarnya benar-benar lengkap.
Stand Makanan Bazar MTQ UB
Namanya jalan-jajan pasti tak lepas dari yang namanya kuliner. Karena lapar, saya pun mampir ke Momilan’s Kitchen. Sebuah stand yang menjual Teriyaki dan Ayam Taichan dengan harga 13 ribu. Nasinya sudah dibungkus dengan rapi dan masih terasa hangat.
Saya membeli Teriyaki, penasaran seperti apa sih isinya. Ternyata Michan juga doyan. Apalagi wortel dan dagingnya empuk untuk giginya yang masih ada tujuh buah. Tentu untuk ayamnya, saya yang makan. Di stand Mobilan’e Kitchen ini tidak hanya Teriyaki danAyam Taichan. Ada juga roti puding original dengan harga 10 ribu dan 12 ribu untuk rasa oreo. Ada pula puding sedot dengan harga 10 ribu.
Stand selanjutnya adalah Mie Biting Mak Isa yang dibuka tahun 2015, dikelola Anisa Rahmawati. Belum ada yoko khusus, tapi memberlakukan sistem konsinyasi pada toko-toko, berjualan secara online shop, dan delivery order.
Harga makroni dan mie biting ecer 8 ribu, untuk reseller biasanya dijual 10 ribu, sedangkan di Batu sendiri dijual seharga 12 ribu. Di sini juga ada sosis, namun hanya untuk jika ada event. Harganya ramah di kantong. Yang jumbo 15 ribu, sedangkan yang mini seharga 7 ribu.
Saya seperti kembali ke masa kecil, suka banget dengan mie biting alias mie lidi ini. Apalagi dengan rasa pedasnya yang luar biasa. Di Mak Isa, khas banget karena pengemasannya lucu, pastinya home made dan tanpa MSG. Oh iya, bisa juga memesan mie biting ke Mak Isa di 081234908080, pin D48ED075, atau IG @miebitingmak_isa
Ihwan juga sempat mengabadikan saat Asma dan Aiman makan mie biting.
Satu stand lagi nih, ini untuk Asma dan Michan lagi. Kentang goreng. Asma dan Michan paling doyan dengan makanan satu ini. Selain rasanya yang beraneka ragam, kentang juga memiliki karbohidrat yang bisa bikin perut kenyang. Asma memilih rasa jagung bakar, karena dia tidak suka pedas.
Karena keasyikan motret Asma di stand itu, saya sampai mau pergi tanpa bayar. Untung saja langsung ingat. Ya ampun, malu banget kalau sampai ngacir jauh dan belum bayar. Satu wadah kentang goreng seharga 10 ribu. Di sini tidak hanya ada kentang goreng, tapi juga ada jamur goreng. Sepertinya saya perlu ke sini lagi saat penutupan nanti.
Pulang …
Saat mau pulang, kami sempat bertemu Mas Endra dan ngobrol sedikit. Akhirnya pulang tidak dengan tangan kosong. Dapat makan siang, teh kotak, dan juga goodiebag yang isinya minuman. Yey, bisa buat makan malam nanti, soalnya nginep di rumahnya Ihwan.
Cus pulang deh. Langsung ke rumahnya Ihwan karena saya dan Ivon sudah punya rencana sendiri buat belanja aksesoris di Malang Caroline. Sampai jumpa di tulisan jalan jajan saya selanjutnya.
5 Comments. Leave new
Ooo mbak Nisa orang malang.
kalau aku ke malang, nanya2 aahh sama mbak Nisa.
Btw aku paling males ngejelasin ke orang2 ttg blogger :)))
Boleh2. 😀
Bazarnya emang lengkap, mulai dari kuliner sampai kerajinan.
Betul banget. 😀
Bazar itu emang biasanya yang dicari busana atau makanan, semakin banyak pilihan bakal makin semangat dateng ke bazar