(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Berbagi dan menginspirasi
Sedih rasanya kalau remaja sekarang sukanya mengejar gengsi, bukan mengejar prestasi. Oke, mungkin banyak remaja yang masih bertahan dan bersaing dengan remaja-remaja lainnya untuk mengejar prestasi. Tapi, di balik itu ternyata masih ada saja fakta tentang remaja-remaja yang hanya bisa mengejar gengsi. Sebuah gengsi menjadi prestasi tersendiri bagi remaja seperti itu. Gengsi seperti junjungan nama baik yang patut dipertahankan sekaligus dianggap bisa meletakkannya pada jajaran remaja yang diakui dan dihargai.
Padahal, semua itu semu. Penghargaan seseorang pada kita ternyata tidak terletak pada sebuah gengsi, atau apa pun yang menghiasi diri yang berasal dari materi. Penghargaan orang lain kepada kita jelas utamanya adalah karena sikap, prestasi, dan sejauh apa kita bisa berjuang untuk meraih cita-cita.
Nyatanya, banyak sekali remaja yang terjebak. Tertipu. Mereka pikir dengan mengikuti update perkembangan terkini, maka akan dianggap sebagai anak muda yang diakui dan patut diperhatikan. Update terkini yang mereka maksud meliputi update gadget, update fashion, update kendaraan keluaran terbaru. Yang penting semuanya serba terbaru, katanya.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Sudah semestinya memang kita harus selalu update. Tapi tidak harus update gadget dan teman-temannya itu. yang perlu kita update selalu adalah pengetahuan dan pola pikir kita, prestasi, dan kebermanfaatan kita untuk sesama. Bayangkan saja kalau ternyata hanya untuk diakui, kita harus membeli gadget atau barang-barang mewah, mahal banget ngga tuh harga sebuah gengsi?
Seharusnya kita memang menjaga gengsi, tapi bukan dengan cara terbalik seperti itu. Seharusnya kita malah gengsi kalau bisa membeli itu, tapi bukan hasil dari jerih payah kita. Seharusnya gengsi kalau untuk diakui, kita tidak berbuat apa-apa, tapi sekadar nongkrong-nongkrong di cafe dan membuang-buang waktu. Bolehlah memang kita miliki dan nikmati itu semua. Tapi ingat, itu semua kita lakukan bukan karena gengsi. Bukan karena sebuah harga diri. Karena harga diri tidak ditentukan oleh seberapa besar materi yang kita miliki. Harga diri adalah hati, pikiran, pengetahuan, sikap, dan lisan yang selalu terjaga.
Jangan lupa follow blogku dan tinggalkan G+, ya? Kalo info ini bermanfaat buat kamu. Bisa juga follow twitter @anis_sa_ae biar dapat update info tiap hari ^^v
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
14 Comments. Leave new
Memang yang harus dirubah adalah pola pikir,ya Mak… generasi kini mudah sekali dipengaruhi lewat 4F. Fashion,Film,Fun,dan Food…So sad ! 🙁
Iya, Mak. 🙂 Makanya aku tak pernah mengenalkan si kecil pada TV. Jarang banget liatnya.
Ah beruntungnya aku nemiliki anak2 yang tak gengsi dengan gadget jadul. Motor bukan baru tapi tetep jreng jreng dan lancar jaya melaju untuk kebutuhan sekolah :)) Peran ortu penting ngebentuk karakter anak ya mak.
Alhamdulillah. Sesuatu banget. Itu semua hasil dari didikan kita, Mak. 🙂
Nice post, mak. Seratus persen setuju. Entah kenapa semakin kemari semakin tampak bahwa anak-anak yang disebut anak itu tidak tampak seperti anak-anak lagi. Mereka terlalu sibuk dengan fancy gadget-nya. Bisa dihitung pakai jari untuk anak-anak yang tau permainan taplak meja, benteng, nenek gerandong, dll. Tapi sebenarnya memang itu balik lagi ke parenting kalau menurutku ya. Anak SMP nggak mungkin bisa pegang iphone 5S kalau nggak dibeliin orang tuanya. Dan apa lah arti sebuah gengsi hanya untuk membuat anak kita kelak susah dikemudian hari? ^ ^
Iya, Mak. Semua tergantung dengan didikan dari ortu. Makasih Mak, udah mampir. 🙂
berprestasilah maka gengsimu akan naik dgn sendirinya wahai remaja 🙂
setuju, Mak. 🙂 Sayangnya minim banget pengetahuan remaja akan itu. 🙁
mungkin karena anak remaja masih dalam fase labil, belum terlalu memikirkan masa depan, masih ingin bersenang-senang dan mendapat pengakuan
Bisa jadi, Mbak. 🙂
Kalo makan gengsi jadinya nggak kenyang2 bund 😀
Kalau aku gak ada gengsi kalau makan. Kalau masih muda dulu sih iya. 😀 Hahahaha 😀
bukan tipe saya harus nongkorng2 di cafe, biarlah ga dapat sosialitanya, buat apa juga kalau cuma untuk gengsi 🙂
Benar, Bang. Itu baru kece. 😀