Review Film Bumi Manusia

December 10, 2020adm @ aeFilmNo Comments
Bumi Manusia

Belakangan ini media sosial kembali diramaikan oleh sosok Isyana Sarasvati yang viral gara-gara penampilannya di Opera. Video itu awalnya diunggah oleh Youtube Jakarta Sonfionetta dan dapat bermacam komentar unik dan lucu dari netizen. Sebagian besar komentar itu menyebutkan kalau mereka melakukan aktivitas sambil dengerin suara Isyana Sarasvati, hingga mereka pun merasa sedang berada di bumi Eropa. Ada yang mengatakan jadi pembantu di istan Eropa, dagang rempah-rempah ke VOC dan bermacam hal yang berhubungan dengan Eropa. Hihihiii bisa segitu halunya ya ternyata.

Ngomongin tentang Eropa nih, saya jadi ingat 1 film luar biasa yang ceritanya tentang Eropa khususnya Negara Belanda. Ya, film Bumi Manusia. Pasti sebagian besar dari kita pernah denger kan ya, film yang sempat jadi buah bibir di masanya karena ceritanya yang bagi sebagian besar orang (termasuk saya) dirasa luar biasa, menguras emosi sekaligus mampu mengajak penonton ikut masuk kekehidupan di negeri kincir angin itu. Kali ini saya akan coba mereview sedikit tentang film Bumi Manusia dan semoga saja saat menulis nanti saya nggak terbawa emosi (duh alay nggak sih) dan tetap di pihak netral ya.

Film Bumi Manusia ceritain tentang kehidupan antara keturunan Belanda dan Pribumi di Indonesia. Sang tokoh utama yaitu Minke (Tirto Adhi Soerjo) yang diperanin si tampan Iqbaal Ramadhan dan Annelies Mellema yang diperanin oleh dara cantik Mawar Eva De Jongh. Mereka dipertemukan secara nggak sengaja waktu Minke diajak Robert Suurhof datang ke rumah Annelies. Suurhof adalah teman kakak Annelies, Robert Mellema di mana Suurhof sendiri aslinya suka ke Annelies. Namun siapa sangka gadis cantik itu malah lebih memilih Minke daripada Suurhof dan hal itu disetujui oleh sang Mama, Nyai Ontosoroh. Kalau anak muda nyebutnya sih cinta bertepuk sebelah tangan gitu deh.

Suatu hari Annelies jatuh sakit, Annelies sangat lemah. Ketika dokter Martinet, dokter keluarga mereka menyentuh tangan Annelies, sentuhan itu pun ditolak oleh Annelies. Tubuh Annelies nolak darah berbau Eropa, itu karena dalam lubuk hati Annelies ingin jadi pribumi sama kaya ibunya. Hal itu juga udah pernah Annelies katakan pada sang Ibu.

Hubungan Minke dan Annelies semakin lama semakin dekat sampai suatu hari insiden pun terjadi. Di saat yang sama, pergerakan Minke selalu diawasi oleh seseorang yang misterius. Darsam pengawal kepercayaan mereka pun dengan segenap upaya melindungi Minke dari orang misterius itu karena Darsam tau orang itu mau mencelakai Minke. Pada akhirnya Darsam pun berhasil mengusir orang itu.

Baca juga: Review Film Dua Garis Biru

Permasalahan ternyata nggak cukup sampai di sini karena sebenarnya ini adalah awal dari runtutan permasalahan lainnya. Permasalahan selanjutnya adalah kematian Herman Mellema. Herman kehilangan nyawanya di rumah pelacuran karena diracun, selain meracuni Herman pembunuh itu juga menularkan penyakit sipilis pada Robert. Kalau kalian berpikiran bahwa Herman dan Robert sama-sama berada di rumah itu saya kasih nilai 100, alias tebakannya tepat sekali. Persidangan atas kasus kematian Herman Mellema ramai dan jadi berita panas di banyak media. Berita simpang siur menghiasi media saat itu, nggak cuma fokus ke kasus kematian Herman tapi justru mengarah ke kehidupan pribadi keluarga Nyai Ontosoroh. Terutama status Ontosoroh sebagai “nyai/gundik” dan hubungan antara Annelies dan Minke. Semuanya nggak luput dari sorotan media dan menimbulkan kekesalan buat sebagian orang yang baca berita itu karena dianggap media nggak professional alias bertele-tele membahas kasus ini. Awalnya Nyai Ontosoroh jadi tersangka, tapi akhirnya Nyai Ontosoroh dan keluarga bisa membuktikan bahwa mereka nggak bersalah dan akhirnya bisa menang di persidangan.

Meskipun menang di persidangan, pandangan buruk terhadap keluarga Ontosoroh masih saja ada. Masih banyak rakyat yang menggunjing mereka apalagi statusnya sebagai gundik, alias wanita yang nggak dinikahi secara sah. Setelah permasalahan kematian Herman Mellema tuntas, Annelies pun meminta Minke buat balik lagi ke sekolah mengingat ia udah lama meninggalkan sekolah karena permasalahan yang menimpa keluarga Ontosoroh. Namun nggak disangka Minke malah dikeluarkan dari sekolah itu, yang lebih bikin kaget adalah ayahnya sendiri yang minta pihak sekolah mengeluarkannya. Sebuah permintaan dari Bupati yang merasa bahwa anaknya telah mempermalukan keluarganya.

Beberapa waktu kemudian setelah dapat saran dari sahabatnya, Minke pun mantap buat melamar Annelies. Annelies dan Ontosoroh menerimanya dengan sangat bahagia.Di tengah kebahagiaan itu, utusan dari HBS tempat Minke sekolah dulu pun datang mencarinya dengan tujuan mau minta Minke kembali bsekolah lagi. Minke diminta kembali sekolah karenaDewan Alumni memprotes keputusan kepala sekolah yang memecat siswa brilian seperti Minke. Pada akhirnya Minke pun kembali ke sekolah. Minke lulus menjadi lulusan terbaik pertama se-Surabaya dan terbaik kedua se-India Belanda. Lalu Surhof? Dia harus puas karena nggak bisa memenuhi ambisinya, dia menempati urutan ke-5 di HBS. Di saat itu pula Minke mengumumkan sekaligus mengundang teman-teman sekolahnya untuk datang ke pernikahannya yang sebentar lagi dilakukan.

Minke dan Annelies pun menikah. Banyak sekali tamuyang diundang ke acara itu. Semua siswa HBS juga datang ke pernikahan mereka termasuk Surhof. Surhof memberikan hadiah pernikahan sekalian berpamitan karena Surhof akan balik ke Belanda. Mereka menggelar pernikahan dengan adat Jawa dipadukan dengan adat Belanda. Setelah menikah mereka hidup bahagia seolah lupa dengan kelamnya masa lalu mereka masing-masing, apalagi Annelies. Ontosoroh juga sayang sekali sama Minke seperti anak sendiri.

Waktu terus berjalan di bumi manusia ini, sampai suatu mereka kembali dapat masalah lagi. Kalau kita ingat-ingat lagi kayanya keluarga ini langganan kena masalah ya. Hmmm iyalah kalau nggak ada masalah nggak bakal ada cerita hehe. Masalah kali ini datang dari Mauritz. Mauritz adalah anak Herman dari istri pertamanya yang dinikahi secara sah. Dulu ia berhasil membuat Herman jadi seorang pemabuk, kali ini ia balik lagi dengan tujuan yang sama yaitu mengobrak-abrik keluarga Ontosoroh. Mauritz melayangkan tuntutan yang intinya ia mau memiliki kekayaan milik mendiang Herman karena ia adalah anaknya dengan istri yang sah. Padahal setelah Herman menjadi seorang pemabuk seluruh usahanya dikelola Ontosoroh, dan semua kekayaan itu juga Ontosoroh yang mengumpulkan. Tanpa menginjakkan kaki di pengadilan, Mauritz bisa mengobrak-abrik semuanya. Gara-gara itulah Annelies jadi sakit, badannya lemah sampai waktu yang lama. Sakitnya semakin parah karena adanya persidangan yang bertujuan buat membawa Annelies ke Belanda. Ontosoroh menentang keras peraturan milik Belanda itu, begitu juga Minke. Annelies dianggap seorang gadis, pernikahannya dengan Minke dianggap nggak sah di mata hukum Belanda sekalipun ada bukti berupa surat resmi dari pengadilan pribumi. Belanda tetap nggak mau mengakui surat itu dan tetap memutuskan mengirim Annelies ke Belanda dan memberinya orang tua asuh di sana. Ontosoroh yang pantang menyerah pun memperjuangkan anaknya sampai titik penghabisan dan melawan para orang Belanda. Sayangnya nasib nggak berpihak pada mereka, Ontosoroh dan Minke nggak berhasil mempertahankan Annelies.

Sebelum dibawa pergi, Annelies terbangun dari tidurnya. Dia memasak buat Minke dan menyuapinya untuk terakhir kalinya. Annelies meminta Minke mendongeng tentang negeri Belanda, dengan penuh tangisan Minke menuruti permintaan istrinya. Annelies juga meminta koper yang dulu dipakainya waktu pertama kali datang ke rumah itu, ia mau memakai koper ibunya. Kepergian Annelies diiringi dengan tangisan kesedihan dari seluruh masyarakat. Lalu bagaimana dengan Ontosoroh dan Minke? Mereka nggak diizinkan buat mengantar Annelies, mereka sudah dihadang di depan pintu. Minke begitu terpukul dengan kepergian istrinya, begitu juga dengan Ontosoroh  yang harus kehilangan putrinya. Semua orang tahu gimana perasaan Ontosoroh, tapi sebagai wanita pribumi yang kuat ia berusaha keras agar tetap tegar dan menjadi kekuatan bagi Minke.

Pada akhirnya keluarga itu harus terpecah. Beginilah potret film bumi manusia yang mengingatkan kita bahwa apa yang terjadi sering kali nggak sesuai dengan apa yang kita mau. Seperti potret seorang ibu yang dipisahkan dengan anaknya dan soerang suami yang dipisahkan dengan istrinya atas nama hukum.

Kalau ada yang sampe nangis gara-gara baca review inijangan bully saya ya, plis. Saya cuma mau berbagi aja kok. Kalau masih penasaran ya itu derita kalian hahaha, itu artinya kalian butuh nonton juga. Sebelum berpindah nonton jangan lupa tinggalkan komentar dulu di review ini ya.

: bumi manusia, FILM
Previous Post Mengenal Teknik Olah Vokal dalam Ilmu Fonologi Next Post Daya Tahan Tubuh Terjaga di Musim Hujan dengan Herbamuno+

Related Posts

The Lorax, Ketika Oksigen Diperjualbelikan (Hari Bumi Internesional)
April 22, 2015
2 Comments
Film yang Tayang Bulan Oktober
October 12, 2019
No Comments
Resensi Film Cody The Robosapien
April 11, 2015
4 Comments

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *